Air Zamzam berasal dari mata air Zamzam yang
terletak di bawah tanah, sekitar 20 meter di sebelah tenggara Ka'bah. Mata air
atau Sumur ini mengeluarkan air zamzam tanpa henti.
Sumur Zamzam mempunyai riwayat yang tersendiri.
Sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti
Hajar dan putranya Ismail A.S. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan
kehabisan air untuk minum, maka Siti Hajar pergi ke Bukit Safa dan Bukit Marwah
sebanyak 7 kali.Namun tidak berhasil menemukan air setetespun karena tempat ini
hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air dan
belum didiami manusia selain Siti Hajar dan Ismail.
Penjelasan tentang cerita ini adalah sbb :
Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba
di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Berkali-kali
Nabi Ibrahim as menyeka peluh yang bercucuran diwajahnya. Ia terus saja
menunggang unta bersama istri keduanya Hajar. Saat itu terik matahari sangat
menyengat dan mereka berada ditengah tengah padang pasir yang kering kerontang.
Sepanjang perjalanan itu, tiada sepatah katapun yang keluar dari mulut Ibrahim.
Dikuatkan hatinya untuk tawakal. Dia yakin, Allah SWT tiada akan menganiaya
hamba-hamba Nya, Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya
ditengan padang pasir. Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim A.S meninggalkan
mereka. Siti Hajar memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya
;" Hendak kemanakah engkau Ibrahim ?" "Sampai hatikah engkau
meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini?” Pertanyaan itu
berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun. Siti Hajar
pun bertanya lagi; "Apakah ini memang perintah dari Allah SWT ?"
Barulah Nabi Ibrahim menjawab, "ya". Mendengar jawaban suaminya yang
singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu
terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala
kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu. Dlm hatinya sempat
bertanya Kenapa Allah memerintahkan hal itu, bukankah padang pasir itu kering
ditambah lagi, saat ditinggalkan Ismail masih bayi dan air susu Hajar belum
keluar.Tapi Nabi Ibrahim adalah hamba yang taat kepada Allah dan ia kekasih
Allah, kholilullah. Akhirnya Nabi Ibrahim yakin bahwa perintah itu pasti ada
hikmahnya. Setelah 6 bulan perjalanan, tibalah mereka di Makkah. Kemudian
Ibrahim memilih sebuah lembah ditengah padang pasir. Ibrahim turun dari untanya
dan mengikat tali unta disebatang pohon kurma. Siang itu matahari begitu
panasnya membakar gurun pasir yang putih mengkilat. Dahaga yg melilit
tenggorokannya tak ia hiraukan..dalam benaknya hanya berpikir bagaimana caranya
memberitahukan kepada istrinya tentang perintah Allah. Setelah Siti Hajar
diturunkan, Ibrahim bersiap siap pergi, melihat itu diapun bertanya"
Suamiku, mengapa aku akan ditinggalkan sendirian bersama anakmu disini? apa
dosaku hingga kau meninggalkanku seperti ini. Maafkanlah aku ..aku tak sanggup
ditinggalkan ditengah tengah padang pasir yang kering kerontang ini".
"Tidak istriku, bukan karena dosamu,"jawab Ibrahim” "Kalau bukan
karena dosaku, bagaimana dengan anak ini? anak ini tidak tahu apa-apa,tegakah
kau tinggalkannya?" balas Siti Hajar Hati Ibrahim tersayat mendengar
ucapan istrinya." Bukan itu maksudku.Tapi apa dayaku ketahuilah ini semua
perintah Allah."jawab Ibrahim. Mendengar itu Siti hajar terdiam..terbayang
penderitaan yg akan dihadapinya namun hatinya bertanya-tanya apa Hikmah dibalik
semua ini..? " jika benar ini adalah perintah Allah tinggalkanlah kami
disini. Aku ikhlas..segalanya kami pasrahkan kepada Allah. Dia pasti membela
kami ..satu pintaku sebelum engkau pergi do'akanlah agar Allah menolong
kami." pinta Siti Hajar Ibrahim jadi terharu. Istrinya Hajar memang wanita
pilihan lantas Ibrahim berdo'a sebagaimana ditulis dalam Alqur'an,surat Ibrahim
(14) Ayat 37;
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن
ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا
لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“ Ya Allah Tuhan kami, teguhkanlah hati mereka dengan mendirikan
shalat, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, karuniakanlah rezeki
kepada mereka. Mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu." (QS.Ibrahim (14)
ayat 37)
Air mata Ibrahim menetes saat mendo'akan
keselamatan anak dan istrinya yang ia cintai. Hati suami mana yang sanggup
meninggalkan anak istri dipadang pasir tandus yang jaraknya enam bulan
perjalanan dari rumah mereka. Namun atas keyakinan kuat pada Allah, perintah
itu ia laksanakan. Ibrahim meninggalkan tempat itu dengan memasrahkan anak dan
istrinya kepada Allah SWT.Tinggallah Siti Hajar bersama Ismail anaknya yang
masih bayi air matanya berjatuhan mengiringi kepergian suami tercinta.Tak lama
selepas kepergian Ibrahim perbekalan makanan dan minuman mereka sdh habis.
Hajar bingung, bagaiman jika Ismail merasa lapar atau haus.. ternyata apa
yang ia takuti menjadi kenyataan.
Tiba-tiba saja Ismail menangis keras kehausan minta minum..Hajar Panik, apalagi
air susunya telah kering. Ia tak tahu dimana harus mencari air minum. Apalagi
mereka berada di tengan padang pasir..sedang tangis Ismail makin keras hatinya
tak tega mendengarkan teriakan anaknya..Dia tak bisa diam terus tanpa usaha
..spontan dia berdiri dan pandangannya menyapu sekeliling gurun pasir ..dari
jauh terlihat ada genangan air.. " Itu dia. Aku kan segera dapatkan air
itu untuk anakku..diapun berlari sekuat tenaga..ternyata sampai disitu tak ada
genangan air hanyalah Fatamorgana, " Astaghfirullah rupanya hanya ilusi
saja..tapi aku tetap harus mencari demi anakku."dalam hatinya. Saat itu
tiada kata putus asa baginya matanya pun menyapu kesegala arah lagi-lagi
dilihatnya ada genangan air..dan membasahi bumi..sekuat tenaga ia berlari lagi
menuju tempat itu.Setelah tiba lagi-lagi air itu tetap tidak ada..sehabis itu
rupanya dia tetap bertekad mencari air untuk Ismail anaknya. Matanya menyapu
ketempat pertama tadi dan dia melihat ada kubangan air disana diapun kembali
berlari..dan yang dilihatnya fatamorgana. Tanpa dia sadari telah bolak balik
bukit sofa dan marwah sebanyak tujuh kali demi sang buah hatinya. Meski
tubuhnya sudah letih lari kesana-kemari tapi ia tetap sabar menghadapi semua
cobaan ini..Padahal Ismail terus menangis sambil menggerakkan kakinya kebumi.
Tiba-tiba rahmat Allah SWT datang..dari bumi tempat Ismail menggerakkan kakinya
tadi keluarlah air..Bukan main gembiranya Siti Hajar mendapatkan air itu
.Segera dia ambil air itu seraya berkata: Alhammdullillah..Zam..Zam..Zam!"
Arti kata tersebut ialah berkumpulah,berkumpulah. Maksudnya adalah agar air itu
berkumpul untuk anak Siti Hajar. Dari situlah, awal mula air Zam-Zam keluar.
semua itu berkat perjuangan Siti Hajar. Sang Ibu yang rela berlari antara bukit
Safa dan Marwah sebanyak Tujuh Kali untuk menyelamatkan anaknya. Peristiwa itu
kemudian diabadikan dalam ibadah haji sebagai salah satu rukunnya yakni Sa'i.
Makna yang terkandung dibalik kisah ini adalah :
Cerita ini menjadi suri teladan yang sering kali
luput dari pengamatan kita saat membahas sejarah kehidupan keluarga Nabi
Ibrahim adalah usaha keras mereka dalam menjemput rezeki. Siti Hajar yang berlari
ke sana ke mari untuk mencari air demi kelangsungan hidupnya dan hidup bayinya,
Ismail yang meronta-ronta kehausan, memberi penjelasan kepada kita betapa
gigihnya menjemput rezeki dari Allah itu.
Usaha keras Hajar yang tak mengenal lelah ini seperti sebuah kalimat, “banting tulang peras keringat.” Bukit Shofa dan Marwa menjadi saksi bisu yang bersejarah. Hasilnya rezeki yang dicari itu hadir. Air zam-zam yang segar dihadiahkan oleh Allah yang bisa dinikmati sampai detik ini. Ikhtiyar (usaha) Hajar dinobatkan menjadi bagian dalam prosesi ibadah haji. Yaitu Sa`i antara Shafa dan Marwah.
Usaha keras Hajar yang tak mengenal lelah ini seperti sebuah kalimat, “banting tulang peras keringat.” Bukit Shofa dan Marwa menjadi saksi bisu yang bersejarah. Hasilnya rezeki yang dicari itu hadir. Air zam-zam yang segar dihadiahkan oleh Allah yang bisa dinikmati sampai detik ini. Ikhtiyar (usaha) Hajar dinobatkan menjadi bagian dalam prosesi ibadah haji. Yaitu Sa`i antara Shafa dan Marwah.
Allah sangat mencintai Hajar sebab selain
merupakan pendamping setia nabi-Nya, ia telah membuktikan secara nyata tidak
pernah lelah dan putus asa dalam menjemput rezeki, meski keadaan ketika itu
tidak didukung sarana yang memadai. Tapi tidak sedikitpun menyurutkan
langkahnya.
Hajar sadar bahwa rezeki seseorang sudah tersedia. Setiap orang telah diberi alokasi rezeki untuk membiayai hidupnya. Tidak ada satupun yang tidak mendapat bagian, bahkan hewan melata. Tinggal kemauan dan kerja keras disertai tawakkal kepada Allah-lah yang akan mendorong seseorang untuk bisa memperoleh rezeki dengan cara yang benar.
Hajar sadar bahwa rezeki seseorang sudah tersedia. Setiap orang telah diberi alokasi rezeki untuk membiayai hidupnya. Tidak ada satupun yang tidak mendapat bagian, bahkan hewan melata. Tinggal kemauan dan kerja keras disertai tawakkal kepada Allah-lah yang akan mendorong seseorang untuk bisa memperoleh rezeki dengan cara yang benar.
Dari kisah tersebut, kita mesti meyakini tidak ada
yang berlalu sia-sia dari tiap tetesan keringat yang kita seka karena lelah dan
penat bekerja. Yakinlah, Allah sebagai Maha Pemberi Rezeki, yang telah menentukan
rezeki, walau seseorang berdomisili di gurun pasir yang tandus.
Karena Allah telah berjanji;
Karena Allah telah berjanji;
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS: Huud [11] :
06).
Berlari-lari antara Shafa dan Marwah yang
dilakukan oleh Hajar menjadi simbol seorang hamba yang tidak ingin menadahkan
tangan, meminta-minta atau mengemis kepada sesama makluk. Kerja keras sebagai
usaha mewujudkan cita-cita menjadi skala prioritas, tanpa lupa untuk berbagi
kepada sesama. Allah cinta kepada hambanya yang mau bekerja keras dengan penuh
dedikasi demi meraih prestasi. Belajar dari Siti Hajar, belajar menjemput
rezeki yang benar dan halal.*
Wallahualam bissawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar